Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 2, 2019

Socrates-nya Plato

Socrates adalah karakter yang mendapatkan banyak dugaan dalam literature, yang diubah oleh persepsi penulis tentang karakter dari aktivitasnya. Di antara para akademisi filsafat kuno, Socrates kerap dianggap sebagai “Socrates”nya Plato karena dia tergambar dalam dialog-dialog Plato yang mereka labeli sebagai “Sokratik”. Namun, tidak terdapat banyak kesepakatan tentang sebutan atau label yang pas. Sekarang semuanya cenderung menuju bahwa dalam karya periode tengah dan akhir Plato, karakter yang disebut Socrates menjadi lebih menyerupai penyambung lidah doktrin Plato sendiri dan kurang dikarakterisasi “secara Sokratik”. Phaedo biasanya digolongkan sebagai karya di dua periode tersebut. Sekalipun demikian, karya tersebut tetap menawarkan sejumlah persepsi yang masuk ke dalam pemdangan Plato tentang Socrates yang sesungguhnya. Karenanya, kronologi menjadi penting. Bukan karena Plato melupakan mentor dan sumber inspirasinya, tetapi (i) perhatiannya berubah dan berkembang dalam satu

KHILAFAH ITU INSTITUSI POLITIK, BUKAN AGAMA!

Hanya mereka yang tidak memahami al-Quran dan membaca sejarah Islam yang akan menyangkal judul di atas. Sebelum membahas dua sumber tersebut (al-Quran dan sejarah Islam), perlu ditegaskan bahwa kegandrungan sebagian masyarakat Muslim di Indonesia terhadap sistem khilafah sebagai bentuk pemerintahan Islam merupakan fenomena baru. Sejak awal, bahkan sebelum kemerdekaan, ide khilafah itu sama sekali tidak menjadi pertimbangan kaum Muslim. Dua tahun setelah Khilafah Usmaniyah dibubarkan pada 1924, kongres tentang khilafah digelar di Kairo dan Jeddah, yang juga dihadari oleh peserta dari Indonesia. Seperti dituturkan oleh Prof. Hamka, salah seorang peserta kongres tersebut adalah bapaknya sendiri. “Peserta dari Indonesia sama sekali tidak antusias dengan sistem khilafah,” tulis Hamka dalam memoar mengenang orang tuanya, Ajahku: Riwajat Hidup Dr. H. Abd Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera (1958). Peserta lain adalah Mohammad Natsir, seorang tokoh utama parta