Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus 5, 2019

Dikala Penceramah Tidak Memahami Sejarah

Oleh: Taufik Hidayat Beberapa waktu lalu ada beredar sebuah video seorang penceramah di sebuah stasiun televisi. Ceramah tersebut dilakukan disebuah tempat ibadah yang dihadiri sekian banyak jemaah. Dalam ceramah tersebut, ada hal menarik yang dilontarkan oleh si penceramah tersebut. Bunyinya kira-kira demikian: “Bani Israel dulu agamanya Islam. Belum ada agama Yahudi belum ada agama Kristen. Agama Yahudi dan Kristen baru ada setelah ada penyimpangan-penyimpangan dari ahlul kitab.”  Dari kata-kata tersebut sudah bisa dipastikan bahwa si penceramah tidak memahami betul tentang sejarah. Apa dampak dari hal itu? Dampak dari hal tersebut adalah bagaimana orang awam yang tidak memahaminya akan langsung mengklaim dan menelan mentah-mentah hal itu yang kemudian dijadikan sebuah kebenaran. Benarkah Bani Israel dulunya adalah agama Islam? Belum ada agama Yahudi dan Kristen? Benarkah agama Yahudi dan Kristen lahir setelah adanya penyimpangan2 dari ahlul kitab? B

Ismail atau Ishak?

Oleh: Taufik Hidayat Beberapa hari lagi umat Islam akan melaksanakan perayaan Idul Adha atau Yaum an-nahr  dalam rangka memperingati tentang kisah Ibrahim yang mendapatkan ujian iman dari Allah untuk mengorbankan anaknya. Idul Adha kerap kali menyisakan pertanyaan mendasar tentang siapa yang menjadi sosok yang paling benar dikurbankan. Apakah Ismail yang diyakini umat Islam atau Ishak yang diyakini umat Yahudi dan Kristiani? Pertanyaan ini sering kali diperdebatkan dikarenakan posisinya yang sangat penting untuk diakui sebagai sumber keteladanan pengorbanan. Ibrahim juga merupakan tokoh kitab suci yang memiliki peranan penting dalam agama Ibrahimiah. Ibrahim dijadikan sebuah teladan iman yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh penganut agama Ibrahimiah ini. Mengenai pengorbanan Ibrahim, sebenarnya merupakan tema yang sudah tidak asing lagi, baik dari kalangan Yahudi, Kristiani, maupun Islam, meskipun pada akhirnya Ibrahim tidak jadi mengorbankan anaknya, melainkan digantik