Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari 12, 2019

Nietzsche "Warta Kematian Tuhan"

Tulisan ini akan saya awali dengan potongan terakhir tulisan Nietzsche La Gaya Scienza-GS 344 tentang kebutuhan untuk percaya dalam sains berbicara tentang situasi peradaban Nietzsche dan masa depannya: "Tetapi lalu harus bilang apa, jika itu semua semakin lama semakin terdiskreditkan, jika semuanya ternyatakan sebagai tidak ilahi, jika itu semua adalah kesalahan, kebutaan, kebohongan dan jika Tuhan itu sendiri ternyatakan sebagai kebohongan kita yang paling awet?" Seandainya selama ini apa yang dipercaya ternyata tidak bisa di percaya lagi, apa yang akan terjadi? Dengan pertanyaan ini bukan berarti bahwa 'isi kepercayaan' adalah salah. Kesalahan seperti itu pun terbukti berguna bagi kehidupan sebagaimana obat. Konteks lebih luar menunjukkan bahwa soalnya bukan pada isi kepercayaan itu sendiri yang salah, melainkan cara penghendakan atasnya secara mati-matian yang harus dikoreksi. Ini sama dengan pernyataan Nietzsche di tempat lain tentang kebenaran sebagai i

Modernisasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman Bag 6

Latar Belakang Modernisasi Pendidikan Islam        Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam konteks masyarakat Arab dimana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi besar. Sebab, Masyarakat Arab pra-Islam pada dasarnya tidak mempunyai sistem pendidikan formal (Charles Michael Stanto, 1994: 18).        Pada masa awal perkembangan Islam tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan umumnya bersifat informal dan ini pun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah, penyebaran dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dalam ibadah Islam. Dalam kaitan itulah bisa dipahami kenapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah sahabat tertentu; yang paling terkenal adalah sahabat Arqam. Tetapi ketika masyarakat Islam sudah terbentuk, maka pen

Ideologi itu Bernama Kemunafikan 

Oleh Reza A.A Wattimena  Berbicara soal ideologi memang rumit. Di satu sisi, ia dianggap sebagai dasar dari sebuah kelompok, termasuk dasar filosofis, tata nilai dan tata kelola hidup sehari-hari. Di sisi lain, ideologi adalah kesadaran palsu yang terwujud di dalam kesalahan berpikir tentang dunia. Ideologi seolah kebal kritik, dan bisa digunakan untuk melenyapkan orang-orang yang berbeda pandangan. Kedua paham tersebut tak bebas dari kemunafikan. Seringkali, keduanya merupakan wujud nyata dari kemunafikan itu sendiri. Ketika kata-kata indah jauh dari tindakan nyata, kemunafikan lalu tak terhindarkan. Ia bagaikan bau menyengat yang menganggu hidung orang-orang waras. Mungkin memang hidup manusia tak pernah lepas dari kemunafikan. Soalnya lalu bukan terbebas sama sekali, tetapi soal kadar kemunafikan yang ada. Ketika ketelanjangan kemunafikan tak lagi bisa ditutupi, rasa muak muncul di dalam perut kolektif masyarakat. Adakah politik yang bebas kemunafikan? Jawabannya, seperti

Tuhan Sudah Mati dan Tak Perlu di Bela

Jika kita melihat sekilas dari judul di atas, mungkin banyak pertanyaan yang ada di dalam benak kita. Kenapa "Tuhan sudah mati dan tak perlu di bela?". Sebenarnya judul tersebut mengingatkan saya kepada dua sosok filosof yang terkenal yang gagasan serta pemikirannya masih di ingat hingga saat ini. Dia adalah Nietzche dan Gus Dur. Kedua sosok ini sebenarnya cukup misterius dan kontroversi. Gus Dur di anggap "gila" dan Nietzche benar-benar gila di akhir hidupnya. Jika di lihat dari latar belakang keduanya, memang sangat berbeda. Gus Dur sudah jelas dari keluarga pesantren. Ia adalah cucu dari K.H. Hasyim Asy'ari, Sang Kyai yang memiliki sosok sebagai guru bangsa. Gus Dur juga adalah sosok guru bangsa yang selalu merawat keragaman dan toleransi. Dia memang dianggap nyeleneh oleh beberapa kalangan sampai di klaim antek Yahudi dan kafir, tetapi dia juga seorang wali Allah yang hingga saat ini banyak pengikut dan penggemarnya seperti halnya Gusdurian. Di saat