Langsung ke konten utama

Ibu dan Perempuan Pertama



Oleh: Taufik Hidayat

Tanggal 22 Desember hampir seluruh masyarakat Indonesia tak pernah lupa dengan diperingatinya hari Ibu. Hampir setiap kita mungkin memposting kata-kata indah di media sosial sebagai jasa dan tanda ucapan terima kasih kepada ibu kita. Hari ibu ini adalah momentum yang tak pernah terlupakan karena sosok seorang ibu bagi kehidupan kita begitu sangat berjasa. Ada juga pribahasa klasik yang sejak kecil sudah diajarkan dan tidak asing ditelinga kita tentang bahwa surga itu ada ditelapak kaki ibu.

Benarkah surga itu betul-betul ada ditelapak kaki ibu?

Jika kita kembali mengingat kisah manusia pertama yang ciptakan Tuhan, Tuhan menciptakan seorang laki-laki bernama Adam. Kemudian Tuhan melihat bahwa tidak mungkin manusia Adam ini hidup sendiri untuk mengurus segala ciptaan Tuhan yang sudah diciptakan sebelumnya, sehingga Tuhan memiliki inisiatif untuk menciptakan sosok perempuan yang sepadan dengan Adam. Kemudian Tuhan mengambil tulang rusuk Adam disaat dia tertidur pulas untuk dijadikan sebagai pendamping bagi Adam ini. Setelah diambilnya tulang rusuk Adam ini, terciptalah perempuan pertama yang bernama Hawa. Adam dan Hawa menjadi suatu ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari ciptaan Tuhan yang lain. Tuhan kemudian memberikan perintah kepada mereka untuk mengurus dan menikmati segala ciptaan Tuhan itu, akan tetapi Tuhan berpesan kepada mereka bahwa segala yang ada ditaman itu boleh mereka nikmati dan makan kecuali satu yang tidak boleh mereka nikmati dan makan yaitu buah kuldi atau di dalam keyakinan agama sebelumnya disebut dengan buah pengetahuan. kemudian Adam dan Hawa taat mengikuti perintah Tuhan tersebut dan mereka berdua hidup bahagia dan saling berdampingan di taman Firdaus dan tiap hari menyembahTuhan. Kemudian setelah itu datanglah sesosok Iblis yang mencoba untuk mencobai dan mengganggu ciptaan Tuhan yang sempurna ini. Iblis mulai menggoda mereka untuk mereka bisa melanggar perintah Tuhan. Pertama Iblis mulai menggoda Adam tetapi tidak pernah berhasil dan kemudian Iblis menggoda Hawa. Kemudian Hawa tergoda dengan bisikan iblis ini sehingga Hawa memakan buah yang dilarang Tuhan itu dan Adam juga terpengaruh oleh bisikan Hawa sehingga dia memakan nya juga. Melihat pelanggaran mereka kemudian Tuhan murka kepada mereka sehingga mereka dikeluarkan dari taman yang penuh keindahan tersebut.

Kalau kita melihat sekilas kisah ini, kita diingatkan kembali bahwa awal mula manusia itu berdosa diakibat seorang perempuan yang tergoda dengan bisikan iblis. Jika demikian, apakah masih ada surga ditelapak kaki ibu yang diindentikan dengan sosok perempuan? Buat saya YA, tetap surga akan selalu berada ditelapak kaki ibu. Kenapa? Karena jasa seorang ibu sangat besar bagi kita. Dia selama sembilan bulan mengadung kita tanpa mengeluah, dia membawa kita di dalam kandungan selama sembilan bulan kemanapun dia pergi, baik dia bekerja, mencuci, memasak, dan lain sebagainnya. Ibu tidak pernah mengeluh disaat kita tendang di dalam kandungan meskipun rasa sakit itu terus dia rasakan sampai rasa sakit itu dia rasakan waktu melahirkan kita sampai nyawa yang menjadi taruhannya hanya untuk menyambut kelahiran kita ke dunia ini. Coba kita bayangkan seandainnya kita berada diposisi ibu, kita pasti tidak mampu menjalani hal itu.

Meskipun dosa berawal dari sesosok perempuan Hawa, tapi sosok ibu juga menjadi kunci surga bagi kita karena melalui ibu kita bisa seperti saat ini. Kita bisa mengenal kebenaran, kita tau baik dan buruk, kita bisa sukses, dia menuntun kita dari lahir hingga kita mati.
Marilah selama ibu kita masih ada, pergunakanlah sisa hidup kita untuk membahagiakannya, berbakti, dan selalu tunduk patuh kepadanya sebelum hal itu terlambat dan menjadi penyesalan selama hidup kita.  karena tanpa hal itu, surga tidak akan pernah mendekat kepada kita.

Padang, 22 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Socrates dan Daimonion-nya

Apa yang membuat Socrates konsisten melakoni urip in pepadhang sehingga berani melawan cara berpolitik polis yang ia taati? Socrates sangat setia dengan hukum polis sehingga meski tahu bahwa ia bisa melarikan diri dari hukuman tidak adil yang dijatuhkan padanya, toh ia menolak tawaran melarikan diri dari kawan-kawannya ( Kriton, 48a-54a). Di dalam buku Apologia Socrates sendiri menjelaskan bahwa hidupnya hanyalah mengikuti bisikan daimonion -nya. Dalam tulisan pada Apologia terjemahan dari Ioanes Rakhmat ( Apologia 31c-e), Socrates mengatakan demikian: "Tapi alasan aku mengapa demikian sudah kukemukakan (d) dibanyak tempat dan kalian sudah sering mendengarnya: bahwa aku kerap didatangi suatu suara ilahi (theion) atau suara daimonion tertentu, sesuatu yang disinggung dan dicemooh oleh Meletus dalam dakwaannya. Ini sudah terjadi sejak aku kanak-kanak: semacam suara yang datang, dan yang senantiasa, ketika mendatangiku, mencegahku melakukan sesuatu yang mau aku lakukan, namun

Simbol Phobia

Oleh: Taufik Hidayat Sejak lahirnya Islam yang di bawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, simbol-simbol keagamaan, budaya, dan bahasa sudah tidak asing lagi di kalangan bangsa arab. Hal tersebut terjadi karena pada waktu itu Muhammad dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan agama lain, seperti hal nya Yahudi dan Nasrani. Tetapi pada waktu itu, Muhammad dan para sahabat tidak phobia akan simbol-simbol tersebut, karena beliau tau bahwa simbol itu bagian dari identitas agama tertentu yang memang saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitan ini sebenarnya hanya dimiliki oleh agama Semitik yang memang adalah suatu agama yang lahir dari satu keturunan, yaitu Ibrahim. Melalui Ibrahim lahirlah dua sosok manusia yang menjadi lambang lahirnya peradaban agama Semitik hingga saat ini. Misalnya Ismail putra Hajar, dia adalah lambang dari lahirnya peradaban Islam, bagitupun Ishaq putra Sarah, dia adalah lambang lahirnya peradaban Yahudi dan Nasrani melalui keturunannya.  Dari sejar

Gnothi Sauton Nietzche

Dalam tulisan sebelumnya, saya sudah memaparkan pokok penting dari filsafat Nietzche yaitu, "Keulangkembalian abadi dari yang sama" (Die ewige Winderkehr des Gleichen). Keulangkembalian abadi dari yang sama ini membahas tentang bagaimana manusia harus berani menanggung apa yang tidak dapat diubah, melainkan juga harus mencintainya atau dengan istilah lain disebut sebagai Amor Fati .  Nietzche dalam filsafatnya juga berbicara  tentang "Gnothi Sauton" atau "Kenalilah Dirimu Sendiri" . Sebenarnya Gnothi Sauton  yang di kemukakan oleh Nietzche ini adalah salah satu pepatah dari Yunani kuno yang tertulis di pintu masuk Kuil Delphi Gnothi Seauton (kadang ditulis Gnothi Sauton, artinya kenalilah dirimu sendiri ). Apa yang menjadi maksud dari kenalilah dirimu sendiri ini? Bagi orang Yunani sendiri, tulisan ini memiliki makna yang religius. Dalam arti bahwa manusia diingatkan bahwa dirinya adalah manusia saat ia mau berkonsultasi pada dewa Apollo lewat