Gagasan
Dan Prinsip Modernisasi Pendidikan Islam
Modernisasi yang mengandung pikiran,
aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham adat istiadat, instituisi lama
dan sebagainya, agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan
keadaan baru yang timbul oleh tujuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Modernisasi atau pembaruan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas
mental sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup
masyarakat kini (Abuddin Nata, 2013: 87-88).
Modernisasi
merupakan proses penyesuaian pedidikan Islam dengan kemajuan zaman. Latar
belakang dan Pola-pola pembaharuan dalam Islam, khususnya dalam pendidikan
mengambil tempat sebagai:
a. Golongan yang berorentasi pada pola pendidikan modern barat
b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang
berorentasi pada sumber Islam yang murni dan,
c. Pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme (Abuddin Nata, 2013: 87-88). Akan
Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah modernisasi pendidikan Islam harus
tetap dalam jalur prinsip-prinsip pendidikan Islam antara lain: (Munzir Hitami,
2004: 25-30)
Pertama, Prinsip Integrasi. Suatu prinsip yang seharusnya dianut
adalah bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu,
mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar
masa kehidupan di dunia ini benar benar bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa
ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam
kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan kelayakan itu
terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا
آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ
إِلَيْكَ ۖ وَلَا
تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ
Artinya:“Dan carilah pada apa yang Telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-Qashah Ayat.77).
Kedua, Prinsip
Keseimbangan. Karena ada prinsip integrasi, prinsip keseimbangan merupakan
kemestian, sehingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada
kepincangan dan kesenjangan. Keseimbangan antara material dan spiritual, unsur
jasmani dan rohani. Pada banyak ayat Al-Qur‘an Allah menyebutkan iman dan amal
secara bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman
dan amal secara besamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak
terpisahkan. Diantaranya adalah :
﴿١﴾وَالْعَصْرِ
﴿٢﴾إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
﴿٣﴾إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al-Ashr: 1-3)
Ketiga,
Prinsip Persamaan. Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang manusia yang
mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara jenis
kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau warna kulit. Sehingga
budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan.
Keempat, Prinsip Pendidikan Seumur
Hidup. Sesungguhnya prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan
dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana manusia dalam sepanjang
hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan
dirinya sendiri ke jurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia
berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang
dilakukan, disamping selalu memperbaiki kualitas dirinya. Sebagaimana firman
Allah :
مَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ
فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya:“Maka siapa yang bertaubat sesuadah
kedzaliman dan memperbaiki (dirinya) maka Allah menerima taubatnya....” (QS. Al
Ma’idah: 39).
Kelima,
Prinsip Keutamaan. Dengan prinsip ini ditegaskan bahwa pendidikan bukanlah
hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh dimana
segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan.
Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai nilai moral. Nilai moral yang
paling tinggi adalah tauhid, sedangkan nilai moral yang paling buruk dan rendah
adalah syirik. Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas
menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut
membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh
pendidik tersebut.
Komentar
Posting Komentar