Langsung ke konten utama

Puasa Dalam Agama Ibrahimiah


Puasa merupakan salah satu tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun dalam agama Ibrahimiah (Yahudi, Kristen, Islam). Dalam praktik puasa, setiap agama memiliki sudut pandang dan tata cara yang berbeda dalam memaknai puasa, meskipun ada beberapa persamaan di dalamnya. Dalam agama Ibrahimiah, praktik puasa dilakukan pertama kali dalam tradisi agama Yahudi, yang kemudian agama-agama sesudahnya (Kristen, Islam) saling mengadopsi praktik puasa ini. Dalam tulisan ini saya akan mengawali dari agama Yahudi sebagai agama pertama yang lahir dari keturunan Ibrahim, yang kemudian akan dilanjutkan dengan praktik puasa dalam agama Kristen dan Islam.

1. Yahudi dan Kristen

Dalam agama Yahudi, puasa diartikan sebagai mencari hadirat Tuhan dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan agar terjadi rekonsiliasi atau pendamaian dengan Tuhan. Mereka memaknai puasa bukan sebuah ritual keagamaan yang ditujukan untuk mendapatkan berkah tertentu, tetapi sebagai bentuk kerendahan diri, mencarai hadirat Tuhan, dan memohon ampun dihadapan Tuhan. Hal ini terlihat jelas dalam Taurat kitab Imamat 16: 29-31:
"16:29 Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. 
16:30 Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN. 
16:31 Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya."

Puasa merupakan hal yang wajib dilakukan oleh bangsa Israel karena diatur dalam Hari Raya Pendamaian (Hari Grafirat, Imamat 16: 29-31) di atas. Saya akan memberikan beberapa contoh puasa yang dilakukan oleh nabi-nabi dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil.

Puasa Musa

Sebenaranya puasa Musa ini tidak dijelaskan secara eksplisit dalam Taurat, hanya saja ketika Musa menghadap Tuhan di gunung Sinai, dijelaskan bahwa Musa tidak makan dan minum selama 40 hari 40 malam. Ada yang mengatakan juga bahwa puasa yang dilakukan Musa merupakan pengecualian karena ia langsung berhadapan dengan Tuhan di gunung Sinai, seperti yang tertuang dalam Taurat kitab Keluaran 34: 28:
"Dan Musa ada di sana bersama-sama Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh batu itu segala perkataan perjanjian, yakni kesepuluh Firman."

Dalam tradisi Yahudi juga ada yang dinamakan dengan puasa Hari Raya Pendamaian/pengampunan (Yom Kipur), puasa ini adalah bentuk untuk mengingat dimana Tuhan telah menyelamatkan bangsa Israel dan sebagai wujud upacan syukur. Dalam puasa ini orang-orang Israel diwajibakan berpuasa dari matahari terbenam hingga matahari terbenam dan tidak boleh bekerja serta mempersembahkan korban kepada Tuhan, hal ini termaktub dalam Turat kitab Imamat 23: 32:
"Itu harus menjadi suatu sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu."

Puasa Daud

Puasa Daud ini sebenarnya dilakukan akibat tulah yang diberikan Allah kepada anak Daud yang diperolehnya dari Batsyeba, pada waktu itu Daud berdoa dan berpuasa dengan tekun. Hal ini juga tertulis dalam kitab 2 Samuel 12: 16-17:
"Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah. Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang dirumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka."

Puasa Yesus

Dalam Injil/Perjanjian Baru, sebelum Yesus melakukan pelayanannya,Yesus mengadakan puasa selama empat puluh hari empat puluh malam. Hal ini tertulis dalam Injil Matius 4: 1-4:
"Maka Yesus dibawa oleh roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus, lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadanya: Jika engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti. Tetapi Yesus menjawab: Ada tertulis: manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Puasa dalam Kekeristenan secara umum tidak diwajibkan (lahir dari keinginan pribadi). Tetapi dalam kalangan Katolik, puasa diwajibkan untuk dilakukan pada masa par-paskah.

Puasa Yang Tercatat Dalam Perjanjian lama dan Perjanjian Baru

1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (keluaran 24:16 dan 34:28).
2. Puasa Daud, tidak makan semalaman berbaring di tanah (2 Samuel 12:16).
3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raja 19:8).
4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Ester 4:16).
5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (Ayub 2:13).
6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Daniel 1:12), doa dan puasa (Daniel 9:3), berkabung selama 21 hari (Daniel 10:2).
7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17).
8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7).
9. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Matius 4:2).
10. Puasa Yohanes Pembaptis/yahya, tidak makan dan tidak minum (Matius 11:18).
11. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kisah Para Rasul 9:9).

2. Islam

Dalam Islam, puasa atau shaum adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu untuk meningkatkan ketakwaan seorang Muslim. Puasa ini merupakan salah satu dari rukum Islam yang ketiga. Islam membagi puasa menjadi dua bagian: yang pertama puasa wajib dan yang kedua puasa sunnah. Puasa wajib adalah sebuah keharusan yang wajib dilakukan umat Muslim, dalam melalui puasa wajib inilah nantikan Allah akan memberikan pahala. Tetapi jika puasa wajib ini tidak dilaksanakan, maka akan mendapatkan dosa. Yang kedua adalah puasa sunnah, puasa ini adalah puasa yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa.

Puasa dalam tradisi Islam banyak sekali jenisnya, baik itu puasa wajib ataupun sunnah. Aturan-aturan dalam pelaksanaan praktik puasa juga cukup banyak, baik dari segi syarat wajib, syarat sah, rukun puasa, waktu haram dan makruh puasa, yang membatalkan puasa, dan lain sebagainnya. Salah satu contoh puasa Ramadhan yang sesaat lagi akan dilaksanakan umat Muslim, puasa ramadhan ini merupakan puasa yang diwajibkan kepada setiap umat Muslim dengan tujuan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertuang dalam surah Al-Baqarah 2:183:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Selain itu, hikmah dalam pelaksanaan puasa ini adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Qur'an adalah gigih dan ulet seperti yang tertulis dalam surah Ali-Imran 3:146:

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Artinya: Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.

Selain hikmah puasa untuk menjadikan manusia bertakwa, puasa juga sebagai pendidikan atau latihan rohani dalam hal mendidik jiwa agar bisa menguasai diri, mendidik hawa nafsu, serta mendidik kesabaran dan ketabahan. Puasa juga sebagai latihan untuk memperbaki pergaulan dengan lebih merenungkan dan merasakan kesusahan fakir miskin yang banyak menderita kelaparan dan kekurangan, sehingga akan timbul rasa untuk menolong kepada mereka. Yang terakhir, puasa juga akan membawakan faedah kesehatan rohani dan jasmani jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa , malah mungkin ibadah puasanya akan sia-sia saja.

Dari sini bisa saya simpulkan bahwa puasa-puasa yang dilakukan oleh agama Ibrahimiah ini memang cukup meragam dan disesuaikan oleh konteks waktu itu. Meskipun dari berbagai tujuan berbeda-beda, tapi kita bisa menarik benang merah mengenai tradisi puasa yang dilakukan oleh penganut agama Ibrahimiah, yaitu bagaimana melalui puasa ini, kita lebih belajar untuk mendekatkan dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah supaya kehidupan kita bisa berkenan dihadapan-Nya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Socrates dan Daimonion-nya

Apa yang membuat Socrates konsisten melakoni urip in pepadhang sehingga berani melawan cara berpolitik polis yang ia taati? Socrates sangat setia dengan hukum polis sehingga meski tahu bahwa ia bisa melarikan diri dari hukuman tidak adil yang dijatuhkan padanya, toh ia menolak tawaran melarikan diri dari kawan-kawannya ( Kriton, 48a-54a). Di dalam buku Apologia Socrates sendiri menjelaskan bahwa hidupnya hanyalah mengikuti bisikan daimonion -nya. Dalam tulisan pada Apologia terjemahan dari Ioanes Rakhmat ( Apologia 31c-e), Socrates mengatakan demikian: "Tapi alasan aku mengapa demikian sudah kukemukakan (d) dibanyak tempat dan kalian sudah sering mendengarnya: bahwa aku kerap didatangi suatu suara ilahi (theion) atau suara daimonion tertentu, sesuatu yang disinggung dan dicemooh oleh Meletus dalam dakwaannya. Ini sudah terjadi sejak aku kanak-kanak: semacam suara yang datang, dan yang senantiasa, ketika mendatangiku, mencegahku melakukan sesuatu yang mau aku lakukan, namun

Simbol Phobia

Oleh: Taufik Hidayat Sejak lahirnya Islam yang di bawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, simbol-simbol keagamaan, budaya, dan bahasa sudah tidak asing lagi di kalangan bangsa arab. Hal tersebut terjadi karena pada waktu itu Muhammad dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan agama lain, seperti hal nya Yahudi dan Nasrani. Tetapi pada waktu itu, Muhammad dan para sahabat tidak phobia akan simbol-simbol tersebut, karena beliau tau bahwa simbol itu bagian dari identitas agama tertentu yang memang saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitan ini sebenarnya hanya dimiliki oleh agama Semitik yang memang adalah suatu agama yang lahir dari satu keturunan, yaitu Ibrahim. Melalui Ibrahim lahirlah dua sosok manusia yang menjadi lambang lahirnya peradaban agama Semitik hingga saat ini. Misalnya Ismail putra Hajar, dia adalah lambang dari lahirnya peradaban Islam, bagitupun Ishaq putra Sarah, dia adalah lambang lahirnya peradaban Yahudi dan Nasrani melalui keturunannya.  Dari sejar

Gnothi Sauton Nietzche

Dalam tulisan sebelumnya, saya sudah memaparkan pokok penting dari filsafat Nietzche yaitu, "Keulangkembalian abadi dari yang sama" (Die ewige Winderkehr des Gleichen). Keulangkembalian abadi dari yang sama ini membahas tentang bagaimana manusia harus berani menanggung apa yang tidak dapat diubah, melainkan juga harus mencintainya atau dengan istilah lain disebut sebagai Amor Fati .  Nietzche dalam filsafatnya juga berbicara  tentang "Gnothi Sauton" atau "Kenalilah Dirimu Sendiri" . Sebenarnya Gnothi Sauton  yang di kemukakan oleh Nietzche ini adalah salah satu pepatah dari Yunani kuno yang tertulis di pintu masuk Kuil Delphi Gnothi Seauton (kadang ditulis Gnothi Sauton, artinya kenalilah dirimu sendiri ). Apa yang menjadi maksud dari kenalilah dirimu sendiri ini? Bagi orang Yunani sendiri, tulisan ini memiliki makna yang religius. Dalam arti bahwa manusia diingatkan bahwa dirinya adalah manusia saat ia mau berkonsultasi pada dewa Apollo lewat