Langsung ke konten utama

Postingan

Polemik Film “The Santri”, “Ayat-Ayat Cinta”, dan Kristen Koptik

Beberapa minggu ini masyarakat di Indonesia sedang diributkan dengan akan tayangnya film “The Santri”. Film ini disutradarai oleh Livi Zheng dan film ini juga sudah mendapatkan dukungan serta persetujuan dari ketua PBNU KH. Said Aqiel Sirajd. Sebenarnya film ini masih akan tayang di bulan Oktober, tetapi saat ini sudah banyak kontroversi dari sebagian kalangan yang tidak menyetujui film tersebut. Pro dan kontra di media sosial semakin banyak. Ada yang mendukung penayangan film ini dan tidak sedikit pula yang menolak film tersebut. Penolakan film tersebut salah satunya dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti berikut: 1. Film ini tidak sesuai dan mencerminkan kehidupan santri yang sebenarnya 2. Disutradarai oleh non-Muslim atau istilah kerennya KAFIR 3. sutradara tidak tau kehidupan santri yang sebenarnya karena dia adalah non-Muslim 4. Selain itu, ada lontaran lain yang dikeluarkan oleh salah satu ustad, dia mengatakan bahwa tidak menyetujui juga penayangan film ini ka
Postingan terbaru

Dikala Penceramah Tidak Memahami Sejarah

Oleh: Taufik Hidayat Beberapa waktu lalu ada beredar sebuah video seorang penceramah di sebuah stasiun televisi. Ceramah tersebut dilakukan disebuah tempat ibadah yang dihadiri sekian banyak jemaah. Dalam ceramah tersebut, ada hal menarik yang dilontarkan oleh si penceramah tersebut. Bunyinya kira-kira demikian: “Bani Israel dulu agamanya Islam. Belum ada agama Yahudi belum ada agama Kristen. Agama Yahudi dan Kristen baru ada setelah ada penyimpangan-penyimpangan dari ahlul kitab.”  Dari kata-kata tersebut sudah bisa dipastikan bahwa si penceramah tidak memahami betul tentang sejarah. Apa dampak dari hal itu? Dampak dari hal tersebut adalah bagaimana orang awam yang tidak memahaminya akan langsung mengklaim dan menelan mentah-mentah hal itu yang kemudian dijadikan sebuah kebenaran. Benarkah Bani Israel dulunya adalah agama Islam? Belum ada agama Yahudi dan Kristen? Benarkah agama Yahudi dan Kristen lahir setelah adanya penyimpangan2 dari ahlul kitab? B

Ismail atau Ishak?

Oleh: Taufik Hidayat Beberapa hari lagi umat Islam akan melaksanakan perayaan Idul Adha atau Yaum an-nahr  dalam rangka memperingati tentang kisah Ibrahim yang mendapatkan ujian iman dari Allah untuk mengorbankan anaknya. Idul Adha kerap kali menyisakan pertanyaan mendasar tentang siapa yang menjadi sosok yang paling benar dikurbankan. Apakah Ismail yang diyakini umat Islam atau Ishak yang diyakini umat Yahudi dan Kristiani? Pertanyaan ini sering kali diperdebatkan dikarenakan posisinya yang sangat penting untuk diakui sebagai sumber keteladanan pengorbanan. Ibrahim juga merupakan tokoh kitab suci yang memiliki peranan penting dalam agama Ibrahimiah. Ibrahim dijadikan sebuah teladan iman yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh penganut agama Ibrahimiah ini. Mengenai pengorbanan Ibrahim, sebenarnya merupakan tema yang sudah tidak asing lagi, baik dari kalangan Yahudi, Kristiani, maupun Islam, meskipun pada akhirnya Ibrahim tidak jadi mengorbankan anaknya, melainkan digantik

Idul Fitri Dan Terbentuknya Identitas Keagamaan

Menjelang Hari Raya Idul fitri, hiruk-pikuk senantiasa mewarnai festival terbesar kaum Muslim ini. Dari tradisi mudik ke kampung halaman, takbir bersama dan keliling hingga acara  halal bi-halal , semua itu merefleksikan betapa perayaan ini telah menjadi tradisi bangsa yang fenomenal. Fenomena lebaran di Tanah Air memang jauh lebih semarak dibandingkan dengan pengalaman negara-negara lain. Beragam aktivitas perayaan telah meleburkan sekat-sekat sektarianisme kultural dan keagamaan. Orang tidak mempersoalkan ekspresi budaya atau agama. Keduanya lebur dan menyatu dalam merajut momen-momen kebersamaan yang begitu masif. Bagaimana menjelaskan fenomena ini? Kesinambungan Tradisi Ciri utama sebuah festival, termasuk festival keagamaan, adalah wataknya yang bersifat selebratif. Termasuk Hari Raya Idulfitri yang acapkali digambarkan sebagai kulminasi kegembiraan atas keberhasilan menyelesaikan panggilan puasa selama sebulan penuh. S etiap bentuk perayaan selalu melibatkan se

Puasa Dalam Agama Ibrahimiah

Puasa merupakan salah satu tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun dalam agama Ibrahimiah (Yahudi, Kristen, Islam). Dalam praktik puasa, setiap agama memiliki sudut pandang dan tata cara yang berbeda dalam memaknai puasa, meskipun ada beberapa persamaan di dalamnya. Dalam agama Ibrahimiah, praktik puasa dilakukan pertama kali dalam tradisi agama Yahudi, yang kemudian agama-agama sesudahnya (Kristen, Islam) saling mengadopsi praktik puasa ini. Dalam tulisan ini saya akan mengawali dari agama Yahudi sebagai agama pertama yang lahir dari keturunan Ibrahim, yang kemudian akan dilanjutkan dengan praktik puasa dalam agama Kristen dan Islam. 1. Yahudi dan Kristen Dalam agama Yahudi, puasa diartikan sebagai mencari hadirat Tuhan dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan agar terjadi rekonsiliasi atau pendamaian dengan Tuhan. Mereka memaknai puasa bukan sebuah ritual keagamaan yang ditujukan untuk mendapatkan berkah tertentu, tetapi sebagai bentuk kerendahan diri, mencarai

Socrates-nya Plato

Socrates adalah karakter yang mendapatkan banyak dugaan dalam literature, yang diubah oleh persepsi penulis tentang karakter dari aktivitasnya. Di antara para akademisi filsafat kuno, Socrates kerap dianggap sebagai “Socrates”nya Plato karena dia tergambar dalam dialog-dialog Plato yang mereka labeli sebagai “Sokratik”. Namun, tidak terdapat banyak kesepakatan tentang sebutan atau label yang pas. Sekarang semuanya cenderung menuju bahwa dalam karya periode tengah dan akhir Plato, karakter yang disebut Socrates menjadi lebih menyerupai penyambung lidah doktrin Plato sendiri dan kurang dikarakterisasi “secara Sokratik”. Phaedo biasanya digolongkan sebagai karya di dua periode tersebut. Sekalipun demikian, karya tersebut tetap menawarkan sejumlah persepsi yang masuk ke dalam pemdangan Plato tentang Socrates yang sesungguhnya. Karenanya, kronologi menjadi penting. Bukan karena Plato melupakan mentor dan sumber inspirasinya, tetapi (i) perhatiannya berubah dan berkembang dalam satu